Muara Gembong, 14 Januari 2014,
Ini ketiga kalinya Sedekah Sepatu Sekolah diadakan. Dan seperti
biasa, di tempat yang di luar biasa Kali ini, di outskirt Bekasi, Muara
Gembong. Tempatnya dekat dengan kilang minyak Pertamina. Dikelilingi
tambak setinggi leher orang dewasa yang, berbau payau. Langit biru,
tanah coklat dan bebatuan yang bercampur dengan lumpur dan tanah.
Saung bambu yang ditinggalkan, air beriak tenang, suara kepakan
burung yang lewat. Jauh lokasi yang luar binasa, bisa dibayangkan
betapa pahitnya duduk di mobil untuk a couple hours, apalagi yang
menyupir. Yah, mau apalagi, ini untuk amal baik.
Enam mobil berangkat, lima mobil pribadi dan satu mobil dari DAAI TV,
yang meliput kegiatan kami, mulai dari persiapan sampai ke acaranya.
Sebanyak 36 relawan berangkat untuk berkhidmat. Titik aksi lokasi dua
jam dari jalan aspal terakhir. Sisanya jalan berbatu, lumpur, tanah dan
berlubang.
Sampai di lokasi, yang pertama menyambut kami adalah rumah-rumah yang
reyot dan hampir tumbang tergenang banjir. dan sungai yang hampir
meluap ke pemukiman warga.
Tiga kardus besar berisi sepatu, terpal, spanduk, dan plastik-plastik
berisi sepatu yang siap dibagikan diangkut ke perahu, atau sampan kayu,
mengingat jalan yang banjir, dan barang-barang tersebut berat, dan aku,
beserta tiga relawan lainnya ikut perahu, sisanya berjalan kaki menuju
ke lokasi.
Tugasku selama perjalanan dengan perahu adalah dokumentasi, dan tiga
relawan lainnya menjaga barang-barang tersebut, dan mengangkutnya lagi
dari perahu ke musholla kecil.
Musholla kecil, yang menjadi tempat acara kami. Ratusan anak-anak
dari mulai balita hingga remaja berkumpul di mushalla itu. Tumpukan
sandal-sandal yang terinjak. Teriakan, bisikan, suara anak-anak itu.
Semuanya berpakaian rapi. Rambut mereka merah, karena paparan cahaya
matahari. Pergelangan tangan dan kaki mereka yang kurus. Kulit mereka
yang cokelat juga terbakar matahari.
Memang tak semuanya tersenyum karena harus menunggu acara dimulai.
Tapi saat mereka melihat tumpukan sepatu itu, senyum mulai merekah di
wajah mereka.
Acara dimulai. Al-Fatihah dibacakan dengan kompak. Shalawat untuk
Rasulullah dilantunkan. Lalu seorang anak kecil maju membacakan al-Ashr
dengan lancar. Senang rasanya mengetahui mereka hafal surat-surat
pendek.
Games, dan motivasi. Semua bersuka cita. Suara mereka terbang tinggi,
memecah angkasa dan akhirnya pembagian sepatu. Momen paling ditunggu
oleh mereka.
Nama-nama dipanggil, sepatu dibagikan. Kami tak punya banyak waktu
untuk membagikan seluruh 393 pasang sepatu yang kami bawa. Puluhan stock
sepatu cadangan pun juga ditinggalkan dibagikan. Panitia dari lokasi
bersedia membantu untuk mendistribusikan sepatu-sepatu tersebut.
Yang dahsyat dari daerah ini adalah waktu. Karena jika matahari
terbenam dan kita belum keluar dari sana, kemungkinan besar adalah
tersesat dan hilang dalam kegelapan.
Tapi pemandangan selama perjalanan sangat indah. Hamparan tambak luas
dan rumput liar, angina sepoi-sepoi menemani perjalanan kami Satu lagi
amal baik kami lakukan. Insya Allah selanjutnya akan datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar